Tuesday, March 26, 2019

Sri Mulyani Buka Suara Soal Resesi AS, Bahayakah Bagi RI? - CNBC Indonesia



Jakarta, CNBC Indonesia -

Optimisme para ekonom

Amerika Serikat (AS)

tentang prospek pertumbuhan ekonomi negaranya semakin suram. Ekonomi negeri Paman Sam diperkirakan akan mengalami

resesi

dalam beberapa bulan ke depan.

Tanda-tanda resesi di AS, sudah muncul dari pasar obligasi pemerintah Negeri Paman Sam, di mana yield surat utang tenor 3 bulan lebih tinggi ketimbang tenor 10 tahun.

Yield dua seri obligasi ini sering dijadikan alat untuk mengukur risiko terjadinya resesi. Ketika terjadi inversi (yield jangka pendek lebih tinggi dari jangka panjang), maka kemungkinan terjadi resesi setidaknya dalam 18 bulan ke depan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara mengenai potensi AS mengalami resesi dalam beberapa bulan ke depan. Bendahara negara tak memungkiri, bahwa kondisi ekonomi global tahun ini memang penuh tantangan.




Sri Mulyani Buka Suara Soal Resesi AS, Perlukah RI Khawatir?

Foto: Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un duduk sebelum pertemuan KTT AS-Korea Utara kedua di Hotel Metropole (AP Photo/ Evan Vucci)



"Di tahun 2019 ini tantangan berbeda dari 2018. Di mana proyeksi ekonomi dunia menunjukkan pelemahan, dan pelemahannya cukup signifikan," kata Sri Mulyani di Hotel Bidakara, Selasa (26/3/2019).

"Inverse curve dari yield curve US treasury ini biasanya sebagai leading indicator terhadap kemungkinan terjadinya resesi atau pelemahan di AS," tegasnya.

Dalam situasi seperti ini, Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia akan menerapkan strategi untuk memperkuat struktur perekonomian domestik, melalui berbagai instrumen. Utamanya, dari instrumen fiskal.

"Kita pakai untuk mendorong investasi agar berjalan dengan baik. Momentum growth-nya kan sampai dengan akhir tahun lalu bagus. Capital market cukup bullish, dan juga capital spending yang mulai meningkat," katanya.




Sri Mulyani Buka Suara Soal Resesi AS, Perlukah RI Khawatir?

Foto: Sri Mulyani hadiri konferensi Pers APBN KiTa (CNBC Indonesia/Iswari Anggit)



"Juga kita berharap dengan infrastruktur yang sudah beberapa selesai, itu juga akan akselerasi capital spending yang jauh lebih efisien. Sehingga efisiensi dari belanja modal akan lebih baik," tegas Sri Mulyani.

Sri Mulyani tak memungkiri, kinerja ekspor tetap menjadi perhatian lebih dari pemerintah di tengah perlambatan ekonomi global. Apalagi, kinerja ekspor yang tak bergeliat tentu akan membuat Indonesia rentan terhadap sentimen global

"Jadi kesempatannya akan kita lihat dari beberapa negara. Namun memang Amedika dan RRT sekarang ekonominya cenderung melemah semuanya. Dan ini harus kita waspadai secara baik," katanya.

(dru)







Read More

No comments:

Post a Comment